Korelasi untuk sampel dinotasikan dengan r sedangkan untuk
populasi dinotasikanĪ (baca rho). Uji korelasi bertujuan untuk menguji hubungan
antara dua variabel yang tidak menunjukkan hubungan fungsional (berhubungan
bukan berarti disebabkan) Nugroho (2005:35). Uji korelasi tidak membedakan
jenis variabel apakah variabel dependen maupun independen.
Koefisien Korelasi
Korelasi dinyatakan dalam % keeratan hubungan antar variabel
yang dinamakan dengan koefisien korelasi, yang menunjukkan derajad keeratan
hubungan antara dua variabel dan arah hubungannya (+ atau -)
Batas-Batas Koefisien Korelasi
Menurut Umar (2002:314) nilai koefisien korelasi
berkisar antara –1 sampai +1, yang kriteria pemanfaatannya dijelaskan sebagai
berikut:
1. Jika, nilai r
> 0, artinya telah terjadi hubungan
yang linier positif,
yaitu makin besar nilai variabel X makin
besar pula nilai variabel Y
atau makin kecil nilai variabel X makin
kecil pula nilai variabel Y.
2. Jika, nilai r
< 0, artinya
telah terjadi hubungan yang linier negatif,
yaitu makin
besar nilai variabel X makin kecil nilai variabel Y atau makin kecil nilai
variabel X maka makin besar pula nilai variabel Y .
3. Jika, nilai r =
0, artinya tidak ada hubungan sama
sekali antara
variabel X dan variabel Y.
4. Jika, nilai r =1
atau r = -1,
maka dapat dikatakan telah terjadi hubungan linier sempurna,
berupa garis lurus, sedangkan untuk r
yang makin mengarah ke angka 0 (nol) maka garis makin tidak lurus.
Batas-batas nilai
koefisien korelasi diinterpretasikan sebagai berikut (Nugroho, 2005:36) :
1. 0,00 sampai
dengan 0,20 berarti korelasinya sangat lemah.
2. 0,21 sampai dengan 0,40 berarti korelasinya lemah.
3. 0,41 sampai dengan 0,70 berarti korelasinya kuat.
4. 0,71 sampai dengan 0,90 berarti korelasinya sangat kuat.
5. 0,91 sampai dengan 0,99 berarti korelasinya sangat kuat sekali.
6. 1.00 berarti korelasinya sempurna
|
Nugroho, 2005:36) ini bukunya judulnya apa dan penerbitnya apa ya?
BalasHapus